Senin, Juni 09, 2008

STOP MEROKOK

Saudara-saudaraku yang baik,,

Bumi kita makin panas dan terus dipenuhi dengan racun. Ada baiknya kita memulai mengurangi racun yang sudah terlanjur bertebaran di bumi ini, mencegah agar racun baru tidak masuk dan mengurangi dampak dari pemanasan global mulai dari sekarang dan mulai dari kita sendiri. Mengapa tidak kita mengambil peran memperbaiki kondisi bumi kita sendiri untuk kita dan semua manusia. Mari silahkan cermati, renungkan dan diambil pelajaran baiknya dari pesan di bawah ini yang saya dapatkan dari seorang teman. Mudah-mudahan pesan ini dapat berguna dan diterapkan untuk kita bersama. Ada baiknya pesan ini disbar luaskan kepada orang-orang di sekitar kita. Bangun dan galang gerakan bersama untuk mengurangi peredaran racun di bumi kita yang semakin sarat dengan carbon.

Hidup dan diri serta bumi kita ini anugrahNya, jangan kotori dengan tindakan-tindakan yang mengotori dan merusak ciptanNya. Jangan kotori hidup kita dan masa depan anak-anak serta saudara-saudara yang kita cintai dengan rokok. Setelah membaca pesan di bawah ini, saya pribadi senang sekali. Dahulu saya perokok berat dan seolah-seolah tidak bisa menghentikannya. Saya beryukur sekali dan berterima kasih pada anak-anak dan isteri saya serta banyak teman mengajak juga mendukung saya untuk berhenti merokok. Saya berdoa agar mereka semua selalu mendapatkan berkatNya karena telah menolong saya agar tidak terus mengotori diri ini dengan racun rokok. Saya bisa menghentikannya dan saya yakin sekali saudara-saudara bisa menghentikan laju rokok meracuni diri kita seperti saya. Akhirnya sudah hampir 3 tahun ini saya berhenti merokok. Saya menikmati hasilnya, hidup sehat tanpa rokok dan penuh harapan semoga berumur panjang untuk dapat terus berjuang dan memberi manfaat bagi keluarga dan sesama. Mudah-mudahan saya bisa terus menghentikannya dan mohon dukungannya. Mari rubah diri kita dengan tidak membuat racun untuk sesama dan bumi ini agar lebih baik. TIDAK ADA KATA KURANGI, BERHENTILAH MEROKOK SEKARANG JUGA.


Salam
Azas Tigor Nainggolan
Ketua Forum warga Kota Jakarta (FAKTA)
Kordinator Jaringan Masyarakat Indonesia Untuk Perubahan Iklim
Bisa dihubungi melalui email: azastigor@yahoo.com, HP: 08159977041


Edisi. 15/XXXVII/02 - 8 Juni 2008


Kesehatan
Lindungi Anak dari Rokok
Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei bertema menghentikan pemasaran produk tembakau terhadap anak-anak. Faktanya 90 persen perokok muda sudah kecanduan sebelum usia 19. Menghadapi ancaman ini, pemerintah sebaiknya segera menandatangani Framework Convention on Tobacco Control.

POLONIUM-210Seorang bekas mata-mata Rusia membunuh dengan cara langka, yaitu menggunakan isotop radioaktif Polonium-210. Zat ini juga terdapat pada rokok.

UREA, Urea: zat yang terdapat dalam air seni, yang berguna untuk tinta, cat, pupuk, dan banyak lagi. Urea juga terdapat pada rokok.

Metanol, zat yang bisa digunakan sebagai bahan bakar, terdapat pada rokok.

CINNAMALDEHYDE, Mengapa anjing dan kucing tidak merokok? Sebab, rokok mengandung cinnamaldehyde, bahan yang ada di racun anjing dan kucing.

KADMIUM, Baterai berguna untuk menjalankan berbagai jenis mainan. Tapi Anda bisa bergerak tanpa baterai. Kadmium adalah zat beracun yang terdapat pada baterai, juga bersemayam di rokok.
ASETON, Aseton kita kenal sebagai cairan penghilang kuteks. Zat kimia berbahaya ini terdapat juga pada rokok.

TOLUENE, Bensin bermanfaat untuk menjalankan mobil. Manusia tidak minum bensin. Sebab, bensin jelas beracun. Salah satu zatnya bernama toluene, yang juga terdapat pada dinamit dan rokok.

HIDRASIN, Persamaan pesawat bermesin roket dan rokok adalah sama-sama mengandung hidrasin. Pada roket, hidrasin terkandung dalam bahan bakarnya.

HIDROGEN SIANIDA, Racun tikus dapat membunuh karena ada kandungan hidrogen sianida. Rokok mengandung bahan ini juga.
GERANIOL, Geraniol adalah zat aktif dalam pestisida. Zat mematikan ini juga ada dalam rokok.

ASETANISOL, Parfum mengandung zat kimia asetanisol. Di mana lagi zat ini ada? Ya, dalam rokok.

NAPTALIN, Bola-bola pewangi pakaian mengandung zat beracun naptalin. Rokok juga.

FORMALIN, Bahan ini biasa digunakan untuk mengawetkan kodok, kupu-kupu, berjenis-jenis serangga, hingga jenazah. Formalin ada dalam rokok.

ASAM ASETIK, Pembersih lantai mengandung asam asetik. Rokok juga tak mau kalah.

SODIUM HIDROKSIDA, Yang pernah menggunakan penghilang bulu ketek atau kaki yang murahan niscaya didera panas dan perih. Dalam obat itu terkandung sodium hidroksida. Zat ini tertanam pula pada rokok.

Anugrah Sukma Agung punya semangat besar berkampanye antirokok di kalangan remaja. Laki-laki 18 tahun itu ingin membuktikan remaja tidak mudah dipengaruhi iklan-iklan rokok yang memang menyasar pasar anak muda. Menurut Ketua Klub Jantung Remaja—bagian dari Yayasan Jantung Sehat Indonesia—ini, remaja dapat melakukan kegiatan kreatif tanpa harus disponsori perusahaan rokok. Meski dia mengakui perusahaan rokok seperti telah menjangkau semua kegiatan anak muda, mulai musik, olahraga, hingga kerja kreatif lainnya, ”Masih ada kok yang bersemangat seperti kami,” kata Agung dengan nada optimistis.

Agung ikut terlibat dan meramaikan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei lalu. Apalagi temanya pas, yaitu menghentikan pemasaran rokok dan produk-produk tembakau lainnya kepada anak-anak dan remaja. Agung dan teman-temannya telah mengumpulkan ribuan tanda tangan murid sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di Jakarta untuk menolak rokok di kalangan anak-anak serta remaja. Mereka juga membagikan pamflet antirokok di beberapa kawasan ramai di Jakarta bersamaan dengan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Agung sadar benar anak muda telah menjadi sasaran pemasaran pabrik rokok. Mahasiswa Universitas Nasional, Jakarta, ini pernah mengalaminya sendiri ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia ditawari seseorang dari perusahaan rokok untuk membuat kegiatan apa saja asalkan melibatkan remaja. ”Waktu itu saya langsung disodori dana Rp 750 juta, asal perusahaan itu menjadi sponsor utama,” dia mengisahkan.

Sejak itu, Agung hakulyakin industri rokok sangat serius menggarap pasar di kalangan anak muda. Pun banyak orang yang punya pandangan serupa. Logikanya, bila dari kecil sudah merokok, kemungkinan besar kebiasaan tersebut berlanjut hingga dewasa. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan 60 persen anak mulai merokok sejak usia 14 tahun dan 90 persen di antaranya sudah menjadi kecanduan sebelum usia 19 tahun. Penyebabnya jelas. Rokok mengandung zat adiktif nikotin. ”Jadi anak-anak itu menjadi pasar jangka panjang,” kata Mia Hanafiah dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau.

Masalahnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang parah dalam hal kebijakan penanganan rokok. Rancangan undang-undang pembatasan rokok masih teronggok di Senayan, belum selesai dibahas, apalagi ditandatangani. Meskipun sudah ada peraturan pemerintah (2003), yang menyatakan rokok sebagai zat adiktif dan anak muda harus dilindungi dari rokok, implementasinya kurang baik. ”Apalagi iklan-iklan rokok sangat agresif,” ujar Mia.
Yang makin membuat Indonesia lemah, negara ini tidak menandatangani Framework Convention on Tobacco Control, satu-satunya kesepakatan internasional di bidang kesehatan. Dalam konvensi tersebut, terdapat cetak biru cara mengurangi pasokan ataupun permintaan tembakau. Dan yang terpenting, dalam konvensi itu terdapat pasal-pasal yang melindungi anak-anak dan remaja dari rokok.

Konvensi pengendalian tembakau ini juga mendorong setiap negara yang telah meratifikasinya membuat kebijakan pembatasan tembakau. Langkah pertama biasanya dengan menaikkan pajak dan harga rokok. ”Menaikkan pajak adalah cara terbaik menurunkan konsumsi,” kata Dr Douglas Bettcher, Direktur Inisiatif Bebas Tembakau di Badan Kesehatan Dunia.
Telah terbukti di beberapa negara yang sudah berhasil dengan penerapan kebijakan ini, tingkat konsumsi rokok menurun signifikan. Salah satunya di Thailand, yang diakui berhasil menerapkan kebijakan pengendalian tembakau setelah undang-undangnya disahkan pada awal 1990-an, sebelum ada Konvensi.

Tentu saja, kenaikan harga dan pajak rokok diikuti kebijakan lainnya. Salah satunya melarang perusahaan rokok beriklan dan memberikan sponsor. Kebijakan lain, melindungi perokok pasif, memberi peringatan bahaya merokok, dan menolong orang yang ingin berhenti. Dan yang penting, terus memonitor jalannya penerapan semua kebijakan tersebut.
Jadi, dengan tidak meratifikasi Konvensi, Indonesia jelas ketinggalan dalam ”pertempuran” dunia melawan tembakau. Negara yang juga masih ”bandel” antara lain Bosnia-Herzegovina, Eritrea, Malawi, dan Sierra Leone.

Padahal, ketika konvensi tersebut masih digodok pada akhir 1990-an, Indonesia aktif menjadi salah satu penyusunnya. Menteri Kesehatan di masa itu, Profesor Dr F.A. Moeloek, ikut dalam mengolah poin-poin kesepakatan. Tapi, setelah konvensi itu dibakukan pada 2003, Indonesia malah tidak ikut meratifikasinya hingga saat ini. Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang belum menandatangani konvensi ini. Mengapa? ”Anda tahu sendirilah mengapa konvensi ini belum diterima di sini,” kata Moeloek.

Memang perusahaan rokok adalah ”musuh” yang sangat sulit ditaklukkan. Jangankan di sini, di Amerika Serikat, yang telah mencatat cukup banyak kasus hukum melawan perusahaan rokok, toh mereka masih bertahan berada di tataran perusahaan rokok besar dunia. Altria Group Inc., induk perusahaan Philip Morris Amerika, misalnya, masih memiliki pangsa pasar kedua terbesar di dunia setelah China National Tobacco Company.

Selama 42 tahun (1954-1996) tuntutan hukum terhadap perusahaan rokok di Amerika—biasanya diajukan warga yang menderita sakit akibat rokok—tak sekali pun industri rokok berada di pihak yang kalah. Hingga pada 1994, jaksa wilayah di empat negara bagian Amerika mengajukan tuntutan terpisah terhadap industri rokok agar membayar ganti rugi terhadap para penderita penyakit yang diakibatkan rokok. Langkah tersebut kemudian didukung 42 negara bagian lainnya.

Akhirnya, pada 1998, empat perusahaan rokok besar Amerika, Philip Morris, R.J. Reynolds, Brown & Williamson, dan American Tobacco Company, menandatangani master settlement agreement. Isinya, perusahaan tersebut bersedia membayar sejumlah uang ke negara setiap tahun dan membatasi iklan serta pemasaran produk tembakau.

Oleh negara, uang itu kemudian digunakan membiayai kelompok antitembakau American Legacy Foundation dan membuat bank data Legacy Tobacco Document Library. Perpustakaan itu berisi dokumen internal perusahaan-perusahaan rokok tersebut. Data dan semua informasi itu kemudian banyak digunakan sebagai bahan riset dan tulisan tentang tembakau.
Perjuangan kelompok antitembakau di Indonesia memang belum semaju dan seberhasil di Amerika. Negara juga belum menyediakan anggaran untuk pengendalian tembakau, terutama perlindungan untuk anak-anak dan remaja. Tapi paling tidak, masih ada anak muda seperti Anugrah Sukma Agung. Dia dan teman-temannya bertekad menambah jumlah anak muda yang sadar akan bahaya rokok.

Agung memang tidak pernah menasihati teman-temannya agar tidak merokok. Dia juga tidak melarang remaja yang merokok ikut dalam Klub Jantung Remaja. ”Tapi lama-kelamaan mereka akan berhenti dengan sendirinya setelah sadar akibatnya,” kata Agung.
Lalu dia bercerita tentang Irfan, seorang preman di Tangerang yang tertarik ikut klub tersebut. Tentu saja, Irfan merokok. Namun, setelah bergaul dengan anak-anak muda yang bergaya hidup sehat dan bebas rokok, dia pun tertular. Apalagi setelah tahu ancaman penyakit apa saja yang bisa menghampirinya bila terus merokok. ”Pendekatan antaranak muda biasanya lebih manjur,” ujar Agung.

Bina Bektiati

Rokok dalam Angka
Varian Produk Tembakau
Rokok: Buatan pabrik dengan ratusan bahan kimia yang mengandung 4.000 racun, biasanya menggunakan filter di ujungnya. Rokok jenis ini ditemukan di seluruh dunia.
Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasa ditemukan di Asia Tenggara dan India
Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.
Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.
Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Ada lagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi.
Ada lagi tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.
Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa buah-buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur, seperti di kafe-kafe.
Rokok tanpa asap dan yang dikunyah seperti permen.
Rokok dengan berbagai rasa, seperti stroberi, apel, delima, permen karet, dan mint.

Rp 130 triliunbiaya konsumsi tembakau di Indonesia tiap tahun. Penerimaan cukai tembakau tiap tahun sekitar Rp 16,5 triliun.

5,4 juta orang meninggal dalam setahun karena penyakit yang berkaitan dengan rokok, seperti kanker paru dan penyakit jantung.

100 jutaorang di dunia terbunuh oleh tembakau pada abad ke-20.
37,3% pelajar Indonesia pernah merokok, dan 31 persen pertama kali merokok di bawah usia 10 tahun.

8 jutaorang per tahun diperkirakan mengalami kematian akibat tembakau pada 2030. Dan selama abad ke-21 diperkirakan tembakau membunuh satu miliar orang.

427.948 perokok meninggal di Indonesia, dalam setahun. Angka ini setara dengan 22,5 persen total kematian di Indonesia.

20% dari pendapatan rata-rata ( Rp 20 ribu per hari) penduduk Indonesia digunakan untuk membeli rokok.

82% perokok di dunia ingin berhenti merokok. Hanya 2 persen yang berhasil tanpa bantuan.
Sumber : IAKMI, Susenas, GYTS, WHO, Komnas Pengendalian Tembakau

Pengeluaran masyarakat Indonesia
Bahan makanan pokok
Rokok
Biaya SMS

Perokok aktif remaja (13-17 tahun)
Indonesia: 22%Filipina: 18%Singapura: 9%Cina: 5%
Kenaikan jumlah perokok muda Usia 5-9 tahun:
2001 0,4%2004 1,8%Usia 15-19:2001 32%2004 35%
Usia 19 tahun ke atas:
2001 68%2004 78%
Konsumsi rokok
China 1.643 miliarAmerika Serikat 460 miliarJepang 330 miliarRusia 260 miliarIndonesia 230 miliar


Edisi. 15/XXXVII/02 - 8 Juni 2008


Kesehatan

Melawan dari Bawah
Kelompok antirokok bermunculan. Tidak bermodal besar, tapi bertekad besar.
Wajah kucel, rambut model punk, baju penuh tambalan. Melihat penampilannya, cocoknya dia perokok. Tapi tunggu dulu. Dia adalah anak jalanan rel kereta api asal Kampung Lio, Depok, yang berontak melawan kecanduan merokok di kalangannya. ”Kami mencoba pada diri sendiri, kelompok dan kawan-kawan sebaya di jalanan, agar tak lagi merokok, minimal mengurangi,” kata Andi, 28 tahun.

Berdasarkan survei Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia pada 2008, sekitar 61 persen anak jalanan sepanjang rel Jakarta-Bogor mengkonsumsi rokok. Masih menurut survei, iklan rokok di berbagai media menjadi faktor penentu seorang anak mulai merokok. ”Hampir enggak ada anak jalanan yang tidak merokok,” ujar Ahmad Fauzi, 17 tahun, kepada Reh Atemalem Susanti dari Tempo News Room.
Tak mudah bagi Andi dan Ahmad melawan kepungan lingkungan dan iklan rokok yang menggoda. ”Kami berusaha. Awalnya kami cuma bertiga, sekarang sudah 20 orang. Mudah-mudahan ke depan bertambah,” kata Ahmad, remaja yang sehari-hari mengamen di kereta listrik ekonomi Jakarta-Bogor.

Di kalangan terpelajar ada Klub Jantung Remaja. Mereka bukan kumpulan anak muda berpenyakit jantung, tapi kelompok di bawah Yayasan Jantung Sehat Indonesia, yang menerapkan gaya hidup sehat, termasuk tak merokok. Belum besar memang. Di Jakarta, kelompok ini beranggotakan seribu orang. Di Cianjur, dalam dua bulan, terkumpul 500 orang. Anggota klub ini paling tua berusia 21 tahun. Sasaran kampanyenya siswa-siswi sekolah. ”Kami bikin ikon kegiatan remaja panutan, yang tentunya tidak merokok,” kata ketuanya, Anugrah Sukma Agung, 18 tahun.

Klub Jantung Remaja dibentuk dua tahun lalu, ketika diadakan acara berkemah di kampung remaja di Cibubur, Jakarta Timur. Sekitar 800 siswa sekolah menengah dari 33 provinsi berkumpul, membicarakan kegiatan yang lepas dari kebiasaan merokok. Mereka juga menciptakan senam funky dengan musik hip-hop untuk menarik minat anak muda, hip heart namanya. ”Tahun ini kami mengumpulkan 3.000 tanda tangan, yang diserahkan ke Presiden, agar pemerintah menerapkan kebijakan pengendalian tembakau,” kata Agung.
Yang juga punya perhatian besar melakukan penyuluhan tentang bahaya rokok kepada anak-anak dan orang tuanya adalah kelompok perempuan Wanita Indonesia Tanpa Tembakau. Kelompok ini bergerak ke sekolah-sekolah dasar, mengingatkan ibu-ibu yang sedang menunggu anak sekolah agar tak merokok, supaya anak-anaknya tak menirunya. ”Kami mencoba melawan dari diri sendiri. Sebab, kalau melawan perusahaan rokok, terlalu berat. Mereka punya dana besar,” kata Febrina, salah seorang aktivis kelompok ini.

Ya, kelompok-kelompok antitembakau itu memang masih kecil meskipun sudah membangun jaringan menjadi Komisi Nasional Pengendalian Tembakau. Dana mereka juga sangat terbatas. Namun lambat-laun ada pihak lain yang bersimpati mendukung mereka. Agung dan teman-temannya, misalnya, mendapat kesempatan menggunakan lapangan futsal gratis untuk menjalankan kegiatan olahraga tanpa sponsor perusahaan rokok.

Perlawanan dari bawah memang penting. Namun tetap diperlukan payung hukum. ”Perlu ada political will,” kata Prof Dr F.A. Moeloek, yang aktif di Yayasan Jantung. Menurut anggota Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat, Hakim Sorimuda Pohan, caranya adalah segera menuntaskan pembahasan rancangan undang-undang pembatasan rokok. Menurut Hakim, sudah ada 259 anggota Dewan yang memberikan tanda tangan agar rancangan tersebut segera dibahas kembali. ”Sampai kini, usul kami masih ditahan badan legislasi. Namun kami memperjuangkannya untuk segera dibahas lagi,” ujarnya.


Ahmad Taufik

Sumber : Majalah tempo

Tidak ada komentar: