Kamis, Januari 29, 2009

Catatan Awal Tahun 2009 FAKTA

Memperbaiki dari Atas, Membangun dari Bawah
Sebuah Catatan Awal Tahun 2009, Jakarta untuk Semua Warga


Adanya aparatur birokrasi di Jakarta kurang bersahabat, masih menjadi keluhan warga karenya mengakibatkan banyak warga yang tidak dapat mengakses pelayanan publik secara baik atau kurang puas. Seorang warga bercerita bahwa para aparat birokrasi itu baru akan bekerja baik, tersenyum ramah dan melayani warga apabila ada kunjungan atau kontrol dari atasannya. ”KTP kita akan cepat selesai, sesuai aturan dan tidak ada pungli apabila pak gubernur mengancam akan menghukum aparatnya yang mempermainkan pelayanan publik”, cerita seorang warga yang kesal melihat perilaku buruk aparat kelurahannya. ”Wah lurahnya sulitr ditemui, jarang sekali ada di kelurahan dan tidak pernah turun ke kempung melihat kondisi warga. Kita, warga tidak tahu dikemanakan uang penguatan kelurahan itu oleh lurah. Kampung tidak ada menikmati hasil dana penguatan tetapi lurahnya sudah ganti mobil mewah serta membeli rumah baru dan mobil dinasnya diapakai istrinya. Warga banyak yang kena demam berdarah dan gorong-gorong kotor”, keluh seorang warga yang tianggal di kelurahan Palmeriam Matraman Jakarta Timur.

Keluhan atau cerita di atas adalah salah satu contoh, pengalaman birokrasi yang tidak peduli dengan tugas dan tanggung jawabnya. Pengalaman lainnya juga terjadi beberapa jika saat kunjungan gubernur di sebuah acara atau tempat. Satu jam sebelumnya semua aparat dan pejabat terkait sudah siap di lokasi. Tetapi begitu gubernur selesai meninjau dan meninggalkan lokasi, tidak sampai sampai 10 menit semua pejabat dan aparat birokrasi, sudah lari atau ambil langkah seribu meninggalkan lokasi. Padahal sebelum pergi gubernur meminta dan berpesan pada para aparat pemprov untuk tetap mengikuti acara dan mendengarkan suara warga di lokasi pertemuan. Begitulah mentalitas dan perilaku aparat birokrasi dan pejabat sepanjang tahun 2008, lebih mencari muka pada gubernur, seolah-olah dia sudah bekerja pada masyarakat di depan gubernurnya.

Perilaku kurang terpuji aparat birokrasi ini mengakibatkan banyak konsep atau kebijakan pembangunan dan pelayanan publik jadi berantakan, tidak sampai ke bawah, ke warga. Akibatnya seolah-olah, Pemprov Jakarta jadi tidak berpihak atau buruk wajahnya akibat dari perilaku aparat birokrasinya. Pelayanan dan pembangunan tidak terealisir secara baik di tingkat warga. Buruknya perilaku aparat birokrasi ini merupakan warisan kebiasaan masa lalu karena mereka diangkat menjadi pejabat bukan karena kapasitas, kompetensi dan prestasi. Dalam sebuah ngobrol-ngobrol dengan Sekretaris Daerah, bapak Muhayat, kami bercerita tentang kinerja positif seorang dokter dari Dinas Kesehatan Pemprov Jakarta yang bekerja secara baik menolong warga miskin mendapatkan biaya pengobatan gratis. Pak Muhayat mengatakan bahwa sekarang seorang aparat atau pejabat di jajaran pemprov Jakarta saat ini yang diutuhkan bukan hanya pandai tetapi juga memiliki sense atau hati dalam melayani warga.

Dokter tersebut menurut pak Muhayat merupakan contoh baik aparat dan menjadi contoh bagi aparat lainnya. ”Kepandaian bukanlah segalanya dalam mengukur aparat atau pejabat yang mau diangkat, tetapi dia juga harus memiliki hati, kreatif dan berani mengambil tindakan agar pelayanan publik berjalan baik untuk warga. Selain dia pandai, seorang aparat atau pejabat juga harus punya hati dan sensitivitas tinggi”, tegas pak Muhayat. Memperbaiki kinerja dan kualitas aparat atau pejabat, dari atas menjadi agenda penting dalam reformasi birokrasi pemprov Jakarta. Reformasi birokrasi berdasarkan hati atau semangat melayani, ini ukurannya. Rekruitmen, pemilihan dan penempatan pimpinan unit atau pejabat dalam jajaran birokrasi perlu didasari pertimbangan selain kapasitas, kemampuan serta prestasi juga kemauan melayani warga secara rendah hati. Terdapatnya pimpinan unit atau pejabat birokrasi yang baik dan punya hati ini menjadikan birokrasi pemprov berhati melayani. Birokrasi yang tidak mempersulit pekerjaan yang mudah, tidak memperberat beban warga dan tidak memperlambat pelayanan yang seharusnya cepat.

Birokrasi yang sensitif atau punya hati akan menghasilkan program-program melayani dan memperhitungkan kepentingan warga keseluruhan, khususnya yang miskin. Misalnya saja, baru-baru ini Dinas Kependudukan berencana meluncurkan program pelayanan pembuatan KTP Keliling, menjemput langsung dan mendekatkan diri kepada warga yang memerlukan di kampung-kampung. Warga yang tinggal di kampung-kampung tentunya adalah mayoritas warga miskin dan kurang memiliki akses. Keberadaan program pembuatan KTP Keliling ini tentunya akan membangun pelayanan publik yang pro warga dan sangat memperhitungkan kepentingan warga. Pelayanan langsung seperti ini tentunya untuk lebih mempermudah dan mengontrol pembuatan KTP yang mungkin saja selama ini sering dipersulit di kelurahan-kelurahan. Adanya pelayanan KTP Keliling ini akan menjadi pembanding pelayanan yang sama oleh pihak kelurahan.

Pelayanan bagi warga, khususnya warga yang susah, miskin dan yang selama ini tidak dapat mengakses pembangunan jadi penting karena jumlah warga seperti ini banyak sekali dan mendominasi. Apalagi program itu merupakan pelayanan yang langsung dirasakan oleh warga seperti pelayanan kesehatan gratis, pendidikan gratis, angkutan umum massal, pelayanan kependudukan (KTP atau Akta Kelahiran) dan perbaikan jalan yang merupakan hak dasar warga, khususnya yang miskin harus nyata dan baik. Pemenuhan terhadap hak dasar warga artinya dapat dipenuhi dengan membangun pelayanan dari warga atau kehidupan warga yang berada di bawah secara ekonomi, pendidikan serta akses. Apabila warga yang susah atau miskin saja sudah bisa mengkases atau menikmati pelayanan publik maka secara otomatis akan dapat dinikmati oleh warga lainnya atau semua lapisan warga Jakarta. Menjadikan pembangunan bagi warga miskin sebagai pintu masuk bagi Jakarta untuk semua warga. Pembangunan hak warga ini baru akan dapat dilakukan atau dipenuhi apabila terdapat perbaikan birokrasi di atasnya yang bertugas melayani ke bawah, kepada warga. Artinya perbaikan dari atas akan menghasilkan pembangunan dari bawah yang menjadikan Jakarta untuk semua warga.


Jakarta, 28 Januari 2009
Forum Warga Kota Jakarta
Azas Tigor Nainggolan
azastigor@yahoo.com,
08159977041

Senin, Januari 26, 2009

Dari Tepi Danau Toba

My Life

I get to the internet every second day when I am staying at Tuk Tuk - the centre where the tourists stay. It is at Tuk Tuk that I write up my results from the village.Ed has had a bad flu and fever for the past week so in bed a lot and resting. I have been keeping him company.I will send you a picture of the village I am working in (Silimalombu - means "Five Buffalo") and you will understand why I need to take a break at the end of every week I spend there.It doesn't feel like such a hardship location if I spend a week in Tuk Tuk recovering and writing up and then a week in the village of Silimalombu researching and working on our waste management program - to lessen pollution of this grand lake.

In a day or two I will go back to the village - which is only 15 kilometers away from Tuk Tuk but takes one hour to travel because of the bumpy pot-holed roads - and continue my investigation and our program...so I won't be on internet for 4-5 days until I come back to Tuk Tuk again.As an "Environmental Detective" I am constantly photographing how this society and environment is being destroyed by modern technology.

Yesterday as I walked for an hour along the village roads, I came across an eleven-year-old girl spraying her mother's patch of chillis with poisons from Monsanto and Dow chemical company. The child was without shoes or any protective covering over hands or face and had sprayed the chillis at least 20 times with different types of chemicals. She said her mother would yell at her if she refused to do the work.


During the same walk, I past a man who was setting light to the roadside greenery who insisted that it should burn. "Let it burn" he said "It will clean it up". Everyday you see fires burning up the denuded and deforested mountainside. The Batak's view of cleanliness is to remove most of the greenery that exists on this very lovely island and they are doing a good job of it.I walk I pass plastic wrappers from multinational firms scattered all along the roadways.
Behind a Honda repair shop discarded oil containers from honda motorcycles and oil is discharging into the lake.


Darwin - the Government Head of the Environment - told me a day ago that recyclers and recycling don't exist. "Bataks don't like to do this sort of work" he says "it is too lowly". But while walking along the village road, I spotted loads of discarded aluminium tins, plastic bottles, glass bottles and other junk lying in a field - I suspect it is a recycler's dumping site.

My current task is to track the waste recycler down. He is one of those guys who walks the streets going from house-to-house, shop-to-shop, roadside to roadside collecting rubbish for recycling. I need to find out who runs the dump, where the recycler carts the stuff - to Medan or Prapat, how much he gets for each item per kilogram and how we can do the same in our village of Silimalombu.


warmest to you
Lea Jellinek and Ed Kiefer.
Research Fellows, Monash Asia Institute, Monash University, Melbourne Australia

Mobile phone in Indonesia: +62 89133 451 894 or
+62 812 6062 1031 (more reliable)

Home address:
61 Blackwood Lane, Taggerty Victoria 3714 Australia
phone +61 (0)3 57 747230
mobile in Australia: +61 439 620 323
email: leajell@gmail.com

Senin, Januari 19, 2009

Peluncuran Buku Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA)

No. : 17/SK/FAKTA/I/2009
Perihal : Peluncuran Hasil Survey Kinerja Gubernur Jakarta 2008
Lampiran : 1 lembar

Kepada Yth:
Rekan-rekan LSM, Wartawan dan pemerhati masalah perkotaan Jakarta
Di tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan telah selesai survey pendapat warga terhadap kinerja Gubernur Jakarta tahun 2008 melalui surat ini kami, Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) mengundang rekan-rekan wartawan dalam acara peluncuran buku Hasil Survey Kinerja Gubernur Jakarta TAHUN 2008. Bersama acara itu juga akan diluncurkan program Perpustakaan Keliling dalam bentuk kegiatan Mobil Baca yang merupakan kerja sama FAKTA dan Singapore Airlines. Ada pun acara tersebut akan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Rabu, 28 Januari 2009
Jam : 10.00 s/d 13.00 wib
Acara : terlampir
Tempat : Gedung Jakarta Media Center (Dewan Pers)
Jl. Kebon Sirih No: 32-34, Jakarta Pusat.


Besar harapan kami, reka-rekan bisa hadir dalam acara peluncuran buku dan Mobil Baca tersebut. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih



Salam hormat kami
Forum Warga Kota Jakarta
Ketua

Azas Tigor Nainggolan, SH, MSi



· Konfirmasi kehadiran: Iin di 8569008 atau 081318075239
· Cetak dan bawa undangan ini untuk mendapatkan buku Hasil survey

kinerja gubernur Jakarta





JADWAL ACARA TENTATIF
Peluncuran Buku Kinerja Gubernur dan Mobil Baca

No
Waktu
Acara


09.00-09.30
registrasi peserta dan snack

09.30-09.45
pembukaan dan ucapan selamat datamg

09.45-10.00
pengantar peluncuran buku
Egidius (kompas.com)

10.00-11.00
testimony kinerja bidang kesehatan (komitmen ke 2)
Azas Tigor Nainggolan (FAKTA)
Ahmad bin Tasman (pasien)
Sumiati (relawan warga)
dr. Yuditha (dinkes Propinsi DKI Jakarta)

11.00-11.30
peluncuran dan penyerahan buku dan
Mobil Baca
Azas Tigor Nainggolan (FAKTA)
Herryadi (yayasan TIFA)
Singapore Airlines/Louisa/Heri Cahyono (Weber Shandwick)
Fauzi Bowo (gubernur DKI Jakarta)

11.30-12.00
respon GUBERNUR JAKARTA
Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta)

12.00-13.00
ramah tamah dan makan siang
panitia