Oleh: Azas Tigor Nainggolan
“Jakarta saat ini sudah tidak aman lagi baik bagi warganya maupun para aparat pemerintahnya, sama-sama berpeluang memakan makanan yang busuk, berbahaya dan beracun“
Seperti biasa setiap bulan Ramadhan, pemerintah khususnya Pemprov Jakarta melalui pemeriksaan makanan kedaluarsa mendadak ke pasar-pasar dan pusat peradagangan. Awalan pemeriksaan itu akhirnya berkembang dan mendapatkan bukti lain, tidak hanya mendapatkan bahan makanan untuk yang kedaluarsa tetapi juga berbagai makanan busuk, beracun dan berbahaya beredar di masyarakat. Sangat mengagetkan rupanya sudah bertahun-tahun di Jakarta beredar makanan atau daging olehan dari bekas-bekas buangan sampah hotel dan restoran.
Makanan olahan sampah tersebut beredar di pasar-pasar tradisonal yang dekat dengan pemukiman miskin Jakarta. Begitu pula di pasar-pasar ditemukan penjualan daging glondongan dari luar negeri yang masuk secara ilegal ke Indonesia. Para petugas pemeriksa juga menemukan banyak makanan kedaluwarsa seperti kue-kue kering dan minuman ringan kemasan beredar dan diperdagangkan di pusat pertokoan, mal-mal bahkan di pasar swalayan di Jakarta. Jenis makanan berbahaya lainnya yang juga ditemukan beredar di publik Jakarta adalah makanan yang menggunakan bahan pengawet beracun berbahaya seperti mengandung pemutih (Klorin), pengawet Formalin dan zat kimia Arsenik yang mematikan manusia.
Belakangan petugas dari pemprov Jakarta mendapatkan sebuah pasar swalayan besar terkenal menjual daging yang sudah busuk. Beberapa informasi juga, tetapi perlu dicek kembali untuk mendapat kepastian, adanya praktek menjual daging sapi yang sudah kedaluarsa kepada para pedagang makanan yang menggunakan bahan dasar daging.Praktek jual beli makanan kedaluwarsa, busuk beracun dan berbahaya (Makanan busuk) ini memang sudah berlangsung lama tanpa ada efek jera atau kesadaran serta kemauan menghentikannya. Lihat saja pengalaman tahun 2008 ini sama seperti tahun sebelumnya, aparat pemerintah termasuk pemprov Jakarta baru dan hanya untuk melakukan pemeriksaan saat bulan Ramadhan saja.
Pelanggaran dan pejualan makanan busuk seperti terus terjadi berlangsung diulangi dan dilakukan lalu terbongkar setiap tahun. Berlangsungnya terus perdagangan makanan busuk secara sembunyi-sembunyi menunjukkan bahwa pemerintah memang tidak serius membrantasnya. Bahkan menjadikan pemeriksaan atau penyelidikan perdagangan makanan busuk sekedar sebagai ritual proyek tahunan aparatur pemerintah termasuk di kota Jakarta.Tidak seriusnya pemerintah menjalankan tugas pengawasan dan perlindungan agar warganya tidak memakan makanan busuk juga adalah kesalahan warga sendiri yang lalai, tidak peduli mengontrol pemerintahnya.
Sementara situasinya sudah sedemikian parahnya, Jakarta dikepung oleh makanan busuk dan mengandung zat kimia beracun berbahaya. Rasanya warga hampir sudah tidak punya ruang lagi untuk mendapatkan hidup sehat atau tidak punya peluang menolak makanan yang bahannya busuk dan mematikan tersebut. Warga dikepung oleh rasa was-was atau ketakutan apabila ingin memakan sesuatu, takut jangan-jangan makanannya berasal dari bahan yang busuk, beracun dan berbahya.Seolah tidak ada pilihan, mulai dari warung, pasar tradisional hingga mal atau pasar swalayan yang harusnya katanya lebih aman ternyata berkelakuan sama menjual makanan busuk. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah telah gagal melindungi warganya dari makanan busuk.
Situasi ini sungguh mengerikan dan bahkan mungkin membuat orang jadi ragu atau takut makan karena semua sumbernya sudah tak ada lagi yang aman untuk dikonsumsi.Situasi ini harus dihentikan untuk keselamatan bersama. Pendekatan penyelesaian atau perubahan mungkin bisa dilakukan dengan memakai pendekatan penyelesaian seperti yang sering dinasehatkan oleh dokter kepada pasiennya. Biasanya seorang dokter selain memberikan obat juga akan merekomendasikan sebuah upaya pencegahan berulangnya penyakit yang sama dengan usulan merubah pola hidup pasiennya. Dokter langsung akan meminta pasiennya agar menjalani pola hidup sehat untuk menghindari sakit kembali. Rekomendasi yang diberikan dokter adalah agar merubah pola hidup dan pola makan agar terjaga kesehatannya.
Pola hidup yang dimaksud adalah agar si pasien menjaga perilakunya, agar memiliki perhatian dan komitmen mau menjaga serta mengontrol kesehatan tubuhnya secara baik. Biasanya si pasien dianjurkan merubah pola makannya agar memakan makanan yang sehat, bersih dan tidak yang busuk. Dalam persoalan di kepungnya Jakarta oleh makanan yang busuk, pendekatan rekomendasi dokter di atas cocok untuk digunakan. Para pihak yang berperan dan berkepentingan dalam menyelesaikan persoalan ini adalah warga sendiri dan juga pemerintah kota ini. Warga dan pemerintah sama-sama punya kepentingan dan pasti tidak mau makan daging busuk atau menelan zat kimia Arsenik lalu meninggal dunia.
Sebagai pihak yang berkepentingan, warga dan pemerintah harus merubah pola hidup atau perilakunya yang selama ini mengakibatkan makanan busuk tersebut beredar di publik bahkan mungkin sudah dimakan oleh diri sendiri.Perilaku yang dirubah, sebagai warga sangat mungkin selama ini tidak peduli dengan kotanya, tidak mau mengontrol pemerintahnya. Sebagai pemerintah nyata-nyata dengan kejadian ini membuktikan bahwa mereka tidak bekerja secara profesional dan tidak memiliki keberpihakan kepada warganya. Akibatnya adalah kota Jakarta dipenuhi makan busuk karena pemerintahnya tidak bekerja mengawasi kota dan tidak mau menjamin hak hidup warga yang harusnya dilayani sepenuh hati. Akhirnya memang perubahan baik bagi kota Jakarta memang harus dilakukan secara bersama, oleh warganya sendiri dan juga pemerintah agar bekerja sesuai kebutuhan hak seluruh warganya.
Jakarta, 22 September 2008
Penulis adalah Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) dan seorang Advokat Publik bagi Warga Miskin di Jakarta, tinggal di Jakarta. Email: azastigor@yahoo.com , http://www.azastigornainggolan.blogspot.com, Kontak:0815 9977041
Selasa, September 23, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar