Sabtu, Juni 21, 2008

Harga Sebuah Baju

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University. Sesampainya disana sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesanbahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge."Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut."Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat."Kami akan menunggu," jawab sang Wanita. Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi.

Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya. "Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akanpergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orangsepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar danpakaian usang diluar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliahtahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia disini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini.bolehkah?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisamendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.""Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat,"Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada bajupudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuahgedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.

"Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanyasebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kitabuat sendiri saja? "Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkankebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi,melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana merekamendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuahperingatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

Pesan Moral : Kita, seperti pimpinan Harvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju, acap menipu.

Senin, Juni 09, 2008

STOP MEROKOK

Saudara-saudaraku yang baik,,

Bumi kita makin panas dan terus dipenuhi dengan racun. Ada baiknya kita memulai mengurangi racun yang sudah terlanjur bertebaran di bumi ini, mencegah agar racun baru tidak masuk dan mengurangi dampak dari pemanasan global mulai dari sekarang dan mulai dari kita sendiri. Mengapa tidak kita mengambil peran memperbaiki kondisi bumi kita sendiri untuk kita dan semua manusia. Mari silahkan cermati, renungkan dan diambil pelajaran baiknya dari pesan di bawah ini yang saya dapatkan dari seorang teman. Mudah-mudahan pesan ini dapat berguna dan diterapkan untuk kita bersama. Ada baiknya pesan ini disbar luaskan kepada orang-orang di sekitar kita. Bangun dan galang gerakan bersama untuk mengurangi peredaran racun di bumi kita yang semakin sarat dengan carbon.

Hidup dan diri serta bumi kita ini anugrahNya, jangan kotori dengan tindakan-tindakan yang mengotori dan merusak ciptanNya. Jangan kotori hidup kita dan masa depan anak-anak serta saudara-saudara yang kita cintai dengan rokok. Setelah membaca pesan di bawah ini, saya pribadi senang sekali. Dahulu saya perokok berat dan seolah-seolah tidak bisa menghentikannya. Saya beryukur sekali dan berterima kasih pada anak-anak dan isteri saya serta banyak teman mengajak juga mendukung saya untuk berhenti merokok. Saya berdoa agar mereka semua selalu mendapatkan berkatNya karena telah menolong saya agar tidak terus mengotori diri ini dengan racun rokok. Saya bisa menghentikannya dan saya yakin sekali saudara-saudara bisa menghentikan laju rokok meracuni diri kita seperti saya. Akhirnya sudah hampir 3 tahun ini saya berhenti merokok. Saya menikmati hasilnya, hidup sehat tanpa rokok dan penuh harapan semoga berumur panjang untuk dapat terus berjuang dan memberi manfaat bagi keluarga dan sesama. Mudah-mudahan saya bisa terus menghentikannya dan mohon dukungannya. Mari rubah diri kita dengan tidak membuat racun untuk sesama dan bumi ini agar lebih baik. TIDAK ADA KATA KURANGI, BERHENTILAH MEROKOK SEKARANG JUGA.


Salam
Azas Tigor Nainggolan
Ketua Forum warga Kota Jakarta (FAKTA)
Kordinator Jaringan Masyarakat Indonesia Untuk Perubahan Iklim
Bisa dihubungi melalui email: azastigor@yahoo.com, HP: 08159977041


Edisi. 15/XXXVII/02 - 8 Juni 2008


Kesehatan
Lindungi Anak dari Rokok
Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei bertema menghentikan pemasaran produk tembakau terhadap anak-anak. Faktanya 90 persen perokok muda sudah kecanduan sebelum usia 19. Menghadapi ancaman ini, pemerintah sebaiknya segera menandatangani Framework Convention on Tobacco Control.

POLONIUM-210Seorang bekas mata-mata Rusia membunuh dengan cara langka, yaitu menggunakan isotop radioaktif Polonium-210. Zat ini juga terdapat pada rokok.

UREA, Urea: zat yang terdapat dalam air seni, yang berguna untuk tinta, cat, pupuk, dan banyak lagi. Urea juga terdapat pada rokok.

Metanol, zat yang bisa digunakan sebagai bahan bakar, terdapat pada rokok.

CINNAMALDEHYDE, Mengapa anjing dan kucing tidak merokok? Sebab, rokok mengandung cinnamaldehyde, bahan yang ada di racun anjing dan kucing.

KADMIUM, Baterai berguna untuk menjalankan berbagai jenis mainan. Tapi Anda bisa bergerak tanpa baterai. Kadmium adalah zat beracun yang terdapat pada baterai, juga bersemayam di rokok.
ASETON, Aseton kita kenal sebagai cairan penghilang kuteks. Zat kimia berbahaya ini terdapat juga pada rokok.

TOLUENE, Bensin bermanfaat untuk menjalankan mobil. Manusia tidak minum bensin. Sebab, bensin jelas beracun. Salah satu zatnya bernama toluene, yang juga terdapat pada dinamit dan rokok.

HIDRASIN, Persamaan pesawat bermesin roket dan rokok adalah sama-sama mengandung hidrasin. Pada roket, hidrasin terkandung dalam bahan bakarnya.

HIDROGEN SIANIDA, Racun tikus dapat membunuh karena ada kandungan hidrogen sianida. Rokok mengandung bahan ini juga.
GERANIOL, Geraniol adalah zat aktif dalam pestisida. Zat mematikan ini juga ada dalam rokok.

ASETANISOL, Parfum mengandung zat kimia asetanisol. Di mana lagi zat ini ada? Ya, dalam rokok.

NAPTALIN, Bola-bola pewangi pakaian mengandung zat beracun naptalin. Rokok juga.

FORMALIN, Bahan ini biasa digunakan untuk mengawetkan kodok, kupu-kupu, berjenis-jenis serangga, hingga jenazah. Formalin ada dalam rokok.

ASAM ASETIK, Pembersih lantai mengandung asam asetik. Rokok juga tak mau kalah.

SODIUM HIDROKSIDA, Yang pernah menggunakan penghilang bulu ketek atau kaki yang murahan niscaya didera panas dan perih. Dalam obat itu terkandung sodium hidroksida. Zat ini tertanam pula pada rokok.

Anugrah Sukma Agung punya semangat besar berkampanye antirokok di kalangan remaja. Laki-laki 18 tahun itu ingin membuktikan remaja tidak mudah dipengaruhi iklan-iklan rokok yang memang menyasar pasar anak muda. Menurut Ketua Klub Jantung Remaja—bagian dari Yayasan Jantung Sehat Indonesia—ini, remaja dapat melakukan kegiatan kreatif tanpa harus disponsori perusahaan rokok. Meski dia mengakui perusahaan rokok seperti telah menjangkau semua kegiatan anak muda, mulai musik, olahraga, hingga kerja kreatif lainnya, ”Masih ada kok yang bersemangat seperti kami,” kata Agung dengan nada optimistis.

Agung ikut terlibat dan meramaikan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei lalu. Apalagi temanya pas, yaitu menghentikan pemasaran rokok dan produk-produk tembakau lainnya kepada anak-anak dan remaja. Agung dan teman-temannya telah mengumpulkan ribuan tanda tangan murid sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di Jakarta untuk menolak rokok di kalangan anak-anak serta remaja. Mereka juga membagikan pamflet antirokok di beberapa kawasan ramai di Jakarta bersamaan dengan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Agung sadar benar anak muda telah menjadi sasaran pemasaran pabrik rokok. Mahasiswa Universitas Nasional, Jakarta, ini pernah mengalaminya sendiri ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia ditawari seseorang dari perusahaan rokok untuk membuat kegiatan apa saja asalkan melibatkan remaja. ”Waktu itu saya langsung disodori dana Rp 750 juta, asal perusahaan itu menjadi sponsor utama,” dia mengisahkan.

Sejak itu, Agung hakulyakin industri rokok sangat serius menggarap pasar di kalangan anak muda. Pun banyak orang yang punya pandangan serupa. Logikanya, bila dari kecil sudah merokok, kemungkinan besar kebiasaan tersebut berlanjut hingga dewasa. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan 60 persen anak mulai merokok sejak usia 14 tahun dan 90 persen di antaranya sudah menjadi kecanduan sebelum usia 19 tahun. Penyebabnya jelas. Rokok mengandung zat adiktif nikotin. ”Jadi anak-anak itu menjadi pasar jangka panjang,” kata Mia Hanafiah dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau.

Masalahnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang parah dalam hal kebijakan penanganan rokok. Rancangan undang-undang pembatasan rokok masih teronggok di Senayan, belum selesai dibahas, apalagi ditandatangani. Meskipun sudah ada peraturan pemerintah (2003), yang menyatakan rokok sebagai zat adiktif dan anak muda harus dilindungi dari rokok, implementasinya kurang baik. ”Apalagi iklan-iklan rokok sangat agresif,” ujar Mia.
Yang makin membuat Indonesia lemah, negara ini tidak menandatangani Framework Convention on Tobacco Control, satu-satunya kesepakatan internasional di bidang kesehatan. Dalam konvensi tersebut, terdapat cetak biru cara mengurangi pasokan ataupun permintaan tembakau. Dan yang terpenting, dalam konvensi itu terdapat pasal-pasal yang melindungi anak-anak dan remaja dari rokok.

Konvensi pengendalian tembakau ini juga mendorong setiap negara yang telah meratifikasinya membuat kebijakan pembatasan tembakau. Langkah pertama biasanya dengan menaikkan pajak dan harga rokok. ”Menaikkan pajak adalah cara terbaik menurunkan konsumsi,” kata Dr Douglas Bettcher, Direktur Inisiatif Bebas Tembakau di Badan Kesehatan Dunia.
Telah terbukti di beberapa negara yang sudah berhasil dengan penerapan kebijakan ini, tingkat konsumsi rokok menurun signifikan. Salah satunya di Thailand, yang diakui berhasil menerapkan kebijakan pengendalian tembakau setelah undang-undangnya disahkan pada awal 1990-an, sebelum ada Konvensi.

Tentu saja, kenaikan harga dan pajak rokok diikuti kebijakan lainnya. Salah satunya melarang perusahaan rokok beriklan dan memberikan sponsor. Kebijakan lain, melindungi perokok pasif, memberi peringatan bahaya merokok, dan menolong orang yang ingin berhenti. Dan yang penting, terus memonitor jalannya penerapan semua kebijakan tersebut.
Jadi, dengan tidak meratifikasi Konvensi, Indonesia jelas ketinggalan dalam ”pertempuran” dunia melawan tembakau. Negara yang juga masih ”bandel” antara lain Bosnia-Herzegovina, Eritrea, Malawi, dan Sierra Leone.

Padahal, ketika konvensi tersebut masih digodok pada akhir 1990-an, Indonesia aktif menjadi salah satu penyusunnya. Menteri Kesehatan di masa itu, Profesor Dr F.A. Moeloek, ikut dalam mengolah poin-poin kesepakatan. Tapi, setelah konvensi itu dibakukan pada 2003, Indonesia malah tidak ikut meratifikasinya hingga saat ini. Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang belum menandatangani konvensi ini. Mengapa? ”Anda tahu sendirilah mengapa konvensi ini belum diterima di sini,” kata Moeloek.

Memang perusahaan rokok adalah ”musuh” yang sangat sulit ditaklukkan. Jangankan di sini, di Amerika Serikat, yang telah mencatat cukup banyak kasus hukum melawan perusahaan rokok, toh mereka masih bertahan berada di tataran perusahaan rokok besar dunia. Altria Group Inc., induk perusahaan Philip Morris Amerika, misalnya, masih memiliki pangsa pasar kedua terbesar di dunia setelah China National Tobacco Company.

Selama 42 tahun (1954-1996) tuntutan hukum terhadap perusahaan rokok di Amerika—biasanya diajukan warga yang menderita sakit akibat rokok—tak sekali pun industri rokok berada di pihak yang kalah. Hingga pada 1994, jaksa wilayah di empat negara bagian Amerika mengajukan tuntutan terpisah terhadap industri rokok agar membayar ganti rugi terhadap para penderita penyakit yang diakibatkan rokok. Langkah tersebut kemudian didukung 42 negara bagian lainnya.

Akhirnya, pada 1998, empat perusahaan rokok besar Amerika, Philip Morris, R.J. Reynolds, Brown & Williamson, dan American Tobacco Company, menandatangani master settlement agreement. Isinya, perusahaan tersebut bersedia membayar sejumlah uang ke negara setiap tahun dan membatasi iklan serta pemasaran produk tembakau.

Oleh negara, uang itu kemudian digunakan membiayai kelompok antitembakau American Legacy Foundation dan membuat bank data Legacy Tobacco Document Library. Perpustakaan itu berisi dokumen internal perusahaan-perusahaan rokok tersebut. Data dan semua informasi itu kemudian banyak digunakan sebagai bahan riset dan tulisan tentang tembakau.
Perjuangan kelompok antitembakau di Indonesia memang belum semaju dan seberhasil di Amerika. Negara juga belum menyediakan anggaran untuk pengendalian tembakau, terutama perlindungan untuk anak-anak dan remaja. Tapi paling tidak, masih ada anak muda seperti Anugrah Sukma Agung. Dia dan teman-temannya bertekad menambah jumlah anak muda yang sadar akan bahaya rokok.

Agung memang tidak pernah menasihati teman-temannya agar tidak merokok. Dia juga tidak melarang remaja yang merokok ikut dalam Klub Jantung Remaja. ”Tapi lama-kelamaan mereka akan berhenti dengan sendirinya setelah sadar akibatnya,” kata Agung.
Lalu dia bercerita tentang Irfan, seorang preman di Tangerang yang tertarik ikut klub tersebut. Tentu saja, Irfan merokok. Namun, setelah bergaul dengan anak-anak muda yang bergaya hidup sehat dan bebas rokok, dia pun tertular. Apalagi setelah tahu ancaman penyakit apa saja yang bisa menghampirinya bila terus merokok. ”Pendekatan antaranak muda biasanya lebih manjur,” ujar Agung.

Bina Bektiati

Rokok dalam Angka
Varian Produk Tembakau
Rokok: Buatan pabrik dengan ratusan bahan kimia yang mengandung 4.000 racun, biasanya menggunakan filter di ujungnya. Rokok jenis ini ditemukan di seluruh dunia.
Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasa ditemukan di Asia Tenggara dan India
Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.
Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.
Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Ada lagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi.
Ada lagi tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.
Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa buah-buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur, seperti di kafe-kafe.
Rokok tanpa asap dan yang dikunyah seperti permen.
Rokok dengan berbagai rasa, seperti stroberi, apel, delima, permen karet, dan mint.

Rp 130 triliunbiaya konsumsi tembakau di Indonesia tiap tahun. Penerimaan cukai tembakau tiap tahun sekitar Rp 16,5 triliun.

5,4 juta orang meninggal dalam setahun karena penyakit yang berkaitan dengan rokok, seperti kanker paru dan penyakit jantung.

100 jutaorang di dunia terbunuh oleh tembakau pada abad ke-20.
37,3% pelajar Indonesia pernah merokok, dan 31 persen pertama kali merokok di bawah usia 10 tahun.

8 jutaorang per tahun diperkirakan mengalami kematian akibat tembakau pada 2030. Dan selama abad ke-21 diperkirakan tembakau membunuh satu miliar orang.

427.948 perokok meninggal di Indonesia, dalam setahun. Angka ini setara dengan 22,5 persen total kematian di Indonesia.

20% dari pendapatan rata-rata ( Rp 20 ribu per hari) penduduk Indonesia digunakan untuk membeli rokok.

82% perokok di dunia ingin berhenti merokok. Hanya 2 persen yang berhasil tanpa bantuan.
Sumber : IAKMI, Susenas, GYTS, WHO, Komnas Pengendalian Tembakau

Pengeluaran masyarakat Indonesia
Bahan makanan pokok
Rokok
Biaya SMS

Perokok aktif remaja (13-17 tahun)
Indonesia: 22%Filipina: 18%Singapura: 9%Cina: 5%
Kenaikan jumlah perokok muda Usia 5-9 tahun:
2001 0,4%2004 1,8%Usia 15-19:2001 32%2004 35%
Usia 19 tahun ke atas:
2001 68%2004 78%
Konsumsi rokok
China 1.643 miliarAmerika Serikat 460 miliarJepang 330 miliarRusia 260 miliarIndonesia 230 miliar


Edisi. 15/XXXVII/02 - 8 Juni 2008


Kesehatan

Melawan dari Bawah
Kelompok antirokok bermunculan. Tidak bermodal besar, tapi bertekad besar.
Wajah kucel, rambut model punk, baju penuh tambalan. Melihat penampilannya, cocoknya dia perokok. Tapi tunggu dulu. Dia adalah anak jalanan rel kereta api asal Kampung Lio, Depok, yang berontak melawan kecanduan merokok di kalangannya. ”Kami mencoba pada diri sendiri, kelompok dan kawan-kawan sebaya di jalanan, agar tak lagi merokok, minimal mengurangi,” kata Andi, 28 tahun.

Berdasarkan survei Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia pada 2008, sekitar 61 persen anak jalanan sepanjang rel Jakarta-Bogor mengkonsumsi rokok. Masih menurut survei, iklan rokok di berbagai media menjadi faktor penentu seorang anak mulai merokok. ”Hampir enggak ada anak jalanan yang tidak merokok,” ujar Ahmad Fauzi, 17 tahun, kepada Reh Atemalem Susanti dari Tempo News Room.
Tak mudah bagi Andi dan Ahmad melawan kepungan lingkungan dan iklan rokok yang menggoda. ”Kami berusaha. Awalnya kami cuma bertiga, sekarang sudah 20 orang. Mudah-mudahan ke depan bertambah,” kata Ahmad, remaja yang sehari-hari mengamen di kereta listrik ekonomi Jakarta-Bogor.

Di kalangan terpelajar ada Klub Jantung Remaja. Mereka bukan kumpulan anak muda berpenyakit jantung, tapi kelompok di bawah Yayasan Jantung Sehat Indonesia, yang menerapkan gaya hidup sehat, termasuk tak merokok. Belum besar memang. Di Jakarta, kelompok ini beranggotakan seribu orang. Di Cianjur, dalam dua bulan, terkumpul 500 orang. Anggota klub ini paling tua berusia 21 tahun. Sasaran kampanyenya siswa-siswi sekolah. ”Kami bikin ikon kegiatan remaja panutan, yang tentunya tidak merokok,” kata ketuanya, Anugrah Sukma Agung, 18 tahun.

Klub Jantung Remaja dibentuk dua tahun lalu, ketika diadakan acara berkemah di kampung remaja di Cibubur, Jakarta Timur. Sekitar 800 siswa sekolah menengah dari 33 provinsi berkumpul, membicarakan kegiatan yang lepas dari kebiasaan merokok. Mereka juga menciptakan senam funky dengan musik hip-hop untuk menarik minat anak muda, hip heart namanya. ”Tahun ini kami mengumpulkan 3.000 tanda tangan, yang diserahkan ke Presiden, agar pemerintah menerapkan kebijakan pengendalian tembakau,” kata Agung.
Yang juga punya perhatian besar melakukan penyuluhan tentang bahaya rokok kepada anak-anak dan orang tuanya adalah kelompok perempuan Wanita Indonesia Tanpa Tembakau. Kelompok ini bergerak ke sekolah-sekolah dasar, mengingatkan ibu-ibu yang sedang menunggu anak sekolah agar tak merokok, supaya anak-anaknya tak menirunya. ”Kami mencoba melawan dari diri sendiri. Sebab, kalau melawan perusahaan rokok, terlalu berat. Mereka punya dana besar,” kata Febrina, salah seorang aktivis kelompok ini.

Ya, kelompok-kelompok antitembakau itu memang masih kecil meskipun sudah membangun jaringan menjadi Komisi Nasional Pengendalian Tembakau. Dana mereka juga sangat terbatas. Namun lambat-laun ada pihak lain yang bersimpati mendukung mereka. Agung dan teman-temannya, misalnya, mendapat kesempatan menggunakan lapangan futsal gratis untuk menjalankan kegiatan olahraga tanpa sponsor perusahaan rokok.

Perlawanan dari bawah memang penting. Namun tetap diperlukan payung hukum. ”Perlu ada political will,” kata Prof Dr F.A. Moeloek, yang aktif di Yayasan Jantung. Menurut anggota Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat, Hakim Sorimuda Pohan, caranya adalah segera menuntaskan pembahasan rancangan undang-undang pembatasan rokok. Menurut Hakim, sudah ada 259 anggota Dewan yang memberikan tanda tangan agar rancangan tersebut segera dibahas kembali. ”Sampai kini, usul kami masih ditahan badan legislasi. Namun kami memperjuangkannya untuk segera dibahas lagi,” ujarnya.


Ahmad Taufik

Sumber : Majalah tempo

Kamis, Juni 05, 2008

Tarif Angkutan Umum Sebenarnya Tidak Perlu Selalu Dinaikan

Oleh: Azas Tigor Nainggolan


Setiap kali terjadi kenaikan harga BBM selalu saja muncul perdebatan dan keinginan menaikkan ongkos atau tarif angkutan umum termasuk di Jakarta. Biasanya begitu harga BBM naik, walau belum ada keputusan resmi, para sopir angkutan umum justru berinisiatif menaikkan ongkos angkutan umum. Seperti yang terjadi sekarang ini sopir-sopir sudah menaikkan ongkos berkisar 50% hingga 100% lebih dulu. Situasi liar ini jelas merugikan warga pengguna angkutan umum. “Wah kalo keadaanya liar seperti ini susah dong buat kita-kita yang uangnya terbatas. Tidak tahu ada kenaikan ongkos, tiba-tiba ketika membayar ongkos Mikrolet, sopirnya minta dibayar Rp 3.000, - padahal sebelumnya BBM naik ongkosnya hanya Rp 2.000,-. Kasihan kalo orang yang tidak punya uang lebih pasti kaget dan marah-marah karena ongkos dinaikkan semaunya sopir,” keluh seorang warga yang biasa naik mikrolet ke tempat kerjannya setiap hari.
Perdebatannya yang muncul adalah jika harga BBM naik maka tarif angkutan umum harus naik. Apabila tarif tidak dinaikkan maka akan terjadi masalah besar seperti kehancuran atau kebangkrutan para pengusaha atau operator angkutan umum. Atau angkutan umum tidak dapat beroperasi karena biaya yang dibutuhkan dan pendapatan tidak seimbang. Saat BBM harganya dinaikkan pada tahun 2005 dan tarif angkutan umum dinaikkan, para operator tetap berteriak angka kenaikkannya kurang. Tetapi kenyataannya hingga saat ini para operator itu masih bisa dan masih mau mengoperasikan angkutannya alias tidak bangkrut. Artinya para operator ini ternyata masih baik dan memiliki daya tahan sebagai pengusaha angkutan umum.

Tetap beroperasinya angkutan umum ini jelas disertai dengan upaya menekan biaya operasional di tengah kemahalan harga-harga serta biaya extra yang harus dikeluarkan para operator dan sopirnya. Akibatnya operasional angkutan umum di Jakarta berjalan asal saja dan semrawut tanpa pembinaan atau kontrol pihak Pemprov dalam hal ini oleh Dinas Perhubungan (Dishub). Operator dan sopir terpaksa mengurangi kualitas pelayanannya karena tariff yang dinaikkan memang belum cukup. Dalam beroperasi, operator dan sopir terus harus mengeluarkan biaya tambahan atau ekstra yang sangat besar. Pengguna juga tetap dipaksa menggunakan angkutan umum dalam kondisi apa adanya, tidak aman dan tidak nyaman. Dalam soal tarif angkutan umum, pihak pemerintah provinsi (Pemprov) Jakarta selalu mengatakan kepada para operator, bahwa tarif yang dinaikkan sudah dihitung secara cermat sesuai kebutuhan operasional angkutan umum. Kepada pengguna angkutan umum, Pemprov mengatakan bahwa tarif yang ditentukan itu termasuk tarif yang termurah di dunia. Pertanyaannya sekarang apakah memang betul yang dikatakan Pemprov Jakarta bahwa tarif sudah dihitung seksama dan termurah di dunia?Apakah para operator dan sopir angkutan umum dapat beroperasi secara nyaman tanpa ada pemerasan dan pungli? Juga apakah memang saat ini tarif angkutan umum perlu naik?

Tarif Tidak Perlu Naik
Masalah semrawutnya angkutan umum ini sebenarnya dapat diperbaiki jika pihak Pemprov dalam hal Dinas Perhubungan mau melakukannya. Pencarian solusi dan pemecahan masalah secara cepat dapat dilakukan dengan mengurai dan menjawab langsung persoalan yang ada di lapangan. Hal itu dapat dilakukan dengan mengurai persoalan angkutan umum secara langsung, melibatkan para operator, sopir dan pengguna angkutan umum secara benar dan langsung. Misalnya saja dengan membedah pengalaman para operator dalam mengelola angkutan umum, pengalaman sopir angkutan umum dan pengalaman pengguna angkutan umum.
Lihat saja pengalaman yang sering dialami oleh para pengguna angkutan umum, selalu dipaksa mengeluarkan uang sangat besar sebagai pengeluaran biaya angkutan umum. Seringkali terjadi pengguna dibuat naik turun bus dan membayar lagi karena sopir tidak mengoperasikan bus sesuai trayeknya. Sopir terpaksa memotong rute karena trayeknya tidak strategis dan boros penegluaran. Apabila si sopir meneruskan perjalanan sesuai trayek harus menemboroskan bahan bakar karena macet, penumpangnya sepi dan banyak pungutan liar (pungli) yang dilakukan aparat Kepolisian, petugas Dishub dan preman. Terpaksa si sopir menurunkan penumpangnya di tengah jalan dan memutar balik. Sementara para penumpangnya terpaksa naik bus lain yang berarti harus membayar ongkos lagi. Kondisi ini menyebabkan para pengguna angkutan umum sering kali dan biasanya harus mengeluarkan biaya untuk penggunaan angkutan umum jadi lebih besar dari yang seharusnya.

Tidak jarang, di Jakarta ini warga pengguna angkutan umum menghabiskan 40% penghasilannya untuk anggaran pengeluaran ongkos angkutan umum. Idealnya seperti pengalaman di kota-kota negara lain, pengguna hanya menghabiskan 15% penghasilan untuk biaya penggunaan angkutan umum. Kasus Jakarta ini merupakan contoh buruk dari pengelolaan fasilitas publik, khususnya angkutan umum yang tidak pernah mau diselesaikan oleh Dishub Jakarta. Kondisi buruk tersebut dapat dilihat sebagai bukti masih buruknya sistem manajemen atau premanisme angkutan umum di Jakarta; rute atau trayek yang tumpang tindih, tidak adanya penegakkan hukum dan maraknya pungli di sektor angkutan umum.

Sebagai operator sering kali dijadikan sapi perahan atau sumber pungli yang dilakukan oleh aparat Dishub dan Kepolisian serta ormas preman. Semua persoalan ini sebenarnya sangat kelihatan dan sudah sering dikeluhkan tapi sampai sekarang belum dilakukan perubahan.
Pemerasan atau pungli pada sektor anhgkutan umum terjadi di semua lini pengurusan izin dan operasional. Bentuknya adalah beban biaya yang dibayar atau dikeluarkan oleh operator dan sopir jauh lebih besar melebihi biaya resminya. Salah satu contoh adalah pengeluaran dalam mengurus Uji KIR. Biaya resmi uji KIR satu bus sedang seperti Metromini seharusnya sekitar Rp 119.000,- hingga 170.000,-, tetapi yang terjadi di tempat uji KIR, sebuah Metromini terpaksa mengeluarkan uang hingga lebih Rp 500.000,- apabila mau lulus uji KIR. Proses uji KIRnya pun tidak cukup satu hari, sering kali operator meliburkan armadanya hingga 3 hari untuk mondar mandir uji KIR dan ini kerugian cukup besar juga. Begitu pula seorang sopir Metromini dalam sehari harus mengeluarkan uang sekitar Rp 50.000,- hingga Rp 80.000,- setiap hari untuk membayar biaya pungli di jalanan dan terminal selama beroperasi. Apabila ada 500.000 angkutan beroperasi di Jakarta, maka satu bulan ada sekitar Rp 120 milyar atau 1,44 Trilyun setahun uang pungli dari sopir masuk ke kantong Polisi, petugas Dishub dan ormas preman. Sering kali sopir angkutan umum mengatakan bahwa harga seorang petugas Dishub Rp 2.000,- dan Polisi seharga Rp 5.000,-.

Kondisi penuh pungli dan pemerasan atau premanisme dalam pengelolaan angkutan umum ini dapat menjadi pintu masuk menyelesaikan persoalan angkutan umum di Jakarta. Penghapusan pemerasan dan pungli akan memiliki pengaruh cukup besar dalam memperbaiki manajemen angkuta umum di Jakarta. Pengelolaan menjadi sangat efektif tanpa biaya ekstra sehingga tarif pun tidak perlu dulu naik walau harga BBM naik sekarang ini. Dukungan lain yang bisa diberikan pemerintah pada operator angkutan umum adalah dengan mencari lagi secara kreatif beban biaya yang bisa dikurangi. Misalnya saja adalah membantu para operator angkutan umum dengan membebaskan (menggratiskan) biaya Uji KIR, Perpanjangan Izin Trayek serta perpanjangan STNK bagi angkutan umum. Pembebasan ketiga jenis pengeluaran rutin di atas, bagi para operator sangat membantu meringakan beban biaya operasional mereka.

Penghapusan premanisme dalam pengelolaan angkutan umum seperti pemerasan atau pungli dan penghapusan biaya rutin seperti di atas oleh pemerintah dalah hal Pemprov Jakarta tentunya akan tentunya akan sangat memiliki dampak positif perbaikan pelayanan dan meringankan beban biaya warga pengguna karena ongkos tidak perlu dinaikkan. Angkutan umum dapat beroperasi secara baik, menjalani rute, menjaga kondisi armadanya dan nyaman karena tidak takut diperas lagi. Berbicara pemberian subsidi bagi kepentingan angkutan umum dari pemerintah, penghapusan pemerasan dan biaya-biaya ekstra rutin operator serta sopir adalah bentuk subsidi kreatif tetapi sangat berguna tetapi mudah dilaksanakan. Sebaiknya sebagai pemerintah, memiliki terobosan yang cerdas dan kreatif. Sudah saatnya bentuk-bentuk subsidi uang tunai ditinggalkan karena tidak mendidik, memiskinkan, membodohi dan membuka ruang korupsi lebih besar pada aparat pemerintah. Model subsidi kreatif seperti di atas lebih efektif dan lebih mendidik tetapi langsung tepat sasaran. Nah, kalau sudah begini jalan ceritanya ini semua tergantung dari pemerintah, mau atau tidak merealisasikannya. Jadi tarif angkutan tidak perlu harus naik sekarang ini. Apalagi dalam kondisi kesulitan ekonomi luar biasa seperti sekarang ini, sebaiknya pemerintah lebih mendahulukan kepentingan hidup warganya. Mari bangun tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, cerdas, profesional dan kreatif. Jangan hanya bisa menghamburkan uang rakyat dan terus menerus membebani rakyat dengan kemahalan hidup.



Jakarta, 4 Juni 2008
Penulis adalah pemilik usaha angkutan umum Metromini juga seorang advokat membuka praktek Kantor Hukum TMA dan Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA).
Sekretariat: Jl. Pancawarga IV No:44, RT 003 RW 07, Kalimalang (Belakang Gudang Seng), Jakarta Timur 13420. Telp/Fax: 021-8569008 HP: 0815 9977041, Email: azastigor@yahoo.com, Blog:www.azastigornainggolan.blogspot.com

Minggu, Juni 01, 2008

Hari Ulang Tahun FAKTA

SEWINDU FAKTA,

Berjalan Bersama Warga Kota Menuju Jakarta yang Demokratis

Kota bagi warganya adalah hidup dan identitasnya mereka. Begitu pula Jakarta, hidup masa depan yang terus berjalan seharusnya sesuai identitas kemanusiaan warganya. Kota Jakarta dan warganya tidak boleh berjalan bersebrangan atau saling meninggalkan, menjadi satu kesatuan yang saling menghidupi. Sebagai ibukota Negara, Jakarta juga mewakili identitas nasional jiwa dan tumpuan harapan bangsa Indonesia. Perjalanan panjang Jakarta justru disesaki oleh pengalaman penggusuran dan penyingkiran terhadap warganya sendiri. Satu kali kami sempat mengatakan bahwa Jakarta bukan untuk orang miskin.

Pemerintah kota Jakarta saat itu sudah berjalan jauh meninggalkan warganya sendiri. Dalam catatan kami setidaknya semenjak Jakarta memiliki Perda No: 11 Tahun 1988 Tentang Ketertiban Umum, Jakarta menjadi kota yang penuh sesak dengan sikap menggusur dan tidak berpihak pada warganya. Seakan pemerintah kotanya berperang dengan warga Jakarta sendiri. Tercatat perang pertama dalam pengalaman kami adalah pada tahun 1988 saat pemerintah kota menggusur dan melindas habis eksistensi warga pengemudi becak secara brutal tanpa kontrol publik.

Perang besar pemerintah terhadap warga Jakarta selanjutnya adalah pada tahun 1990 saat para pedagang asongan dan kaki lima digilas keberadaannya dari kota Jakarta. Perang ini seakan mendapat legitimasi atas nama kepentingan keindahan sebuah ibukota Negara (Operasi Esok Penuh Harapan atau OEPH). Keadaan kota berperang dengan warga ini terus berlangsung tanpa henti dan bahkan bertambah keji dan tidak manusiawi. Perang kota terhadap warganya itu dilakukan terus kepada para pengemudi becak, pedagang kaki lima, asongan dan berkembang pada warga pemukiman miskin di tengah kota. Semua hal tersebut dilakukan atas nama keindahan ibukota Negara yang simbolnya Jakarta yang BMW, Bersih – Manusiawi – berWibawa.

Rupanya Jakarta lebih memilih hidup dengan simbol akhir daripada menghidupi warga menjadi sejahtera. Jakarta lebih memilih pada pembangunan yang bertembok tinggi daripada menciptakan lingkungan yang hijau secara nyata. Ini semua bisa terjadi dan berjalan terus seakan tanpa terhentikan karena tidak banyak unsur publik seperti LSM, Media Massa atau bahkan warga sendiri yang bisa melakukan kontrol.

Dalam perayaan ulang tahun Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) ke-8 tahun ini (Sewindu Fakta), kami memberikan tema refleksi yaitu “Berjalan Bersama Warga Kota Menuju Jakarta Yang Demokratis”. Fakta sendiri yang didirikan oleh beberapa aktivis dan warga yang menempatkan pergulatan bersama persoalan perkotaan Jakarta sebagai pilihan hidup. Mimpi para pendirinya adalah supaya warga kota yang saat itu selalu menjadi perang kebrutalan pemerintah kota Jakarta dapat membangun FAKTA menjadi sebuah Dewan Kota Alternatif bagi Jakarta.

Beralasan pada mimpi ini, pengalaman kami selama saat itu, hampir tidak ada yang peduli dengan hidup penuh perang penggusuran yang dialami warga Jakarta. Warga mempunyai mimpi bersama adanya wakil atau organisasi ataupun alat perjuangan bagi warga kota Jakarta agar bisa ikut masuk berpartisipasi dalam pembangunan kotanya, Jakarta, sehingga tidak hanya keinginan pemerintah kota saja yang terlaksana dalam pembangunan kota Jakarta, tetapi harus disusun dan dibangun bersama warganya sendiri.

Dalam sejarah perjalanan FAKTA memperjuangkan haknya sebagai warga untuk berpartisipasi menentukan nasib pembangunan kota, dilakukan secara nyata dengan berjalan bersama warga. Tidak hanya bermain dengan isu, tidak bergerak atas informasi kliping koran, pesanan donor, berjualan proposal atau berjualan kemiskinan dan penderitaan warga tergusur. Sejarah perjalanan perjuangan FAKTA membuktikan bahwa dirinya berpihak jelas bagi kepentingan warga sebagai indikatornya, yang berarti, apapun persoalan dan pilihan model perjuangan FAKTA haruslah lahir dari warga , oleh warga dan untuk kepentingan warga Jakarta.

Dalam usianya yang muda, FAKTA juga melakukan beberapa perjuangan publik, seperti melakukan Gugatan Publik, seperti Gugatan Legal Standing Kekerasan pada Wartawan Jakarta 2001 terhadap Gubernur Jakarta; Gugatan Class Action Banjir Jakarta tahun 2002 terhadap Gubernur Jakarta; Gugatan Legal Standing Penggusuran Jakarta 2003 terhadap Komnas HAM ; dan Gugatan Legal Standing Banjir Jakarta 2007 terhadap Gubernur Jakarta.

Perjalanan selanjutnya untuk memperjuangkan demokrasi Jakarta yang mewujudkan kepentingan kesejahteraan dan keadilan warga, membangun perjuangan dilakukannya Pemilihan Kepala Daerah secara langsung oleh warganya sejak tahun 2002. FAKTA melihat bahwa Kepala Daerah memegang peran dan pengaruh sangat penting bagi terwujudnya kesejahteraan dan keberpihakan kota Jakarta bagi warga. Setelah berjalan dan lima tahun kemudian, tepatnya dimulai tahun 2007 ketika pemerintah memutuskan bahwa Kepala Daerah Jakarta dipilih langsung oleh warganya, FAKTA merefleksi kembali perjuangannya.

Sebagai sebuah ruang, FAKTA bekerja sama dengan banyak pihak agar warga Jakarta memiliki ruang khusus untuk membangun kota Jakarta khususnya dalam penyusunan arah transportasi massal umum bagi Jakarta, pada tahun 2003 FAKTA membentuk Koalisi Warga untuk Transportasi (KAWAT) Jakarta. Berkaitan dengan kepentingan pembangunan kebijakan trnsportasi yang partisipatif, maka pada tahun 2005, FAKTA bersama Jaringan LSM dan warga, Pemprov Jakarta serta DPRD memulai terbentuknya sebuah Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTK-J). Selain itu, untuk lebih dapat terwujudnya demokrasi di Jakarta maka pada tahun 2005, FAKTA bersama Aliansi Jurnalis Independen membangun sebuah Lembaga Bantuan Hukum Pers bagi para jurnalis yang berkancah di Jakarta. Begitu pula sebagai ruang berkarya dan bersolidaritas, pada 19 Desember 2007, FAKTA mendirikan Forum Relawan Jakarta.

Secara konsisten, FAKTA mencoba terus berjuang bersama warga mewujudkan demokratisasi bagi Jakarta. Karena itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban ilmiah atas perjuangannya, FAKTA melakukan beberapa penelitian dan menerbitkan penelitian tersebut dalam beberapa buku. Dalam perjalanan ilmiahnya, FAKTA, di tahun 2004 melakukan penelitian tentang Pedagang Kaki Lima (PKL) Jakarta, pada tahun 2005 melakukan penelitian kasus penggusuran Kemayoran Jakarta, tahun 2006 melakukan penelitian terhadap parkir on street di Jakarta dan di tahun 2007 penelitian terhadap penegakan peraturan kawasan rokok di Jakarta. FAKTA selanjutnya merefleksikan sebuah visi perjuangan, yang sejak tahun 2007 FAKTA merumuskan visi perjuangan tersebut sebagai upaya Mewujudkan Pemimpin Jakarta yang berpihak pada rakyat, anti korupsi, anti premanisme, anti militerisme dan berkeadilan.

Visi ini merupakan panduan cita-cita yang dijalankan FAKTA sebagai salah satu tujuan utama perjuangannya. FAKTA berkeyakinan pemimpin yang berpihaklah yang akan membawa warga menjadi sejahtera dan dilindungi hak-hak dasarnya. Salah satu strategi untuk mewujudkan visi itu, pada saat Pilkada Langsung pertama kalinya untuk Jakarta pada tahun 2007, FAKTA bersama Yayasan TIFA memfasilitasi warga Jakarta melakukan Minimum Komitmen Gubernur Bela Warga. Minimum Komitmen itu akhirnya hanya ditanda-tangani oleh satu calon Gubernur yakni Bapak Fauzi Bowo yang terpilih menjadi Gubernur Jakarta periode 2007-2012.

Warga Jakarta berharap agar keyakinan ini akan menjadi kenyataan, Jakarta memiliki Gubernur yang Bela Warga, pemimpin yang Jakarta dan berpihak pada rakyat, anti korupsi, anti premanisme, anti militerisme dan berkeadilan. Begitu pula warga akan menjadi sejahtera dan dilindungi hak-hak dasarnya yang difasilitasi oleh gubernur yang dipilih langsung. Warga berharap bahwa gubernur yang dipilih langsung akan jauh lebih baik, lebih demokratis, lebih berpihak dan lebih cerdas dari yang hanya dipilih oleh DPRD. Terima kasih untuk semua warga, teman, saudara dan semua pihak yang telah mendukung perjuangan warga Jakarta.




Selamat Ulang Tahun Warga Kota Jakarta

Jangan Mengaku Warga Kota Jakarta Jika Cuek dengan Kotanya Sendiri

Jakarta, 30 Mei 2008

Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA)

Azas Tigor Nainggolan